Deteksi earnings management adalah suatu cara untuk memprediksi kualitas suatu earnings berkaitan dengan kemampuannya menghasilkan cash flow di masa mendatang. Kualitas earnings didefinisikan sebagai tingkat hubungan antara laba akuntansi perusahaan dengan laba ekonomi. Hal ini berkaitan dengan tujuan utama pelaporan laba yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan cash flow masa mendatang (Schroeder dan Clark, 1995).
Munculnya perilaku earnings management didorong oleh perubahan penguasaan perusahaan. Perusahaan terdiri manajemen (agen) yang ditunjuk atau diberi delegasi oleh pemegang saham (prinsipal) untuk membuat keputusan. Keduanya berusaha memak-simalkan utilitasnya tetapi manajemen memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk memaksimalkan utilitasnya
Earnings Management dalam Contracting View
Pada teori property rights yang menekankan pada hak dengan adanya perjanjian, bahwa akuntansi adalah bagian integral dari perjanjian (formal/informal) diwujudkan dalam perusahaan (Watts dan Zimmerman: 1986). Perjanjian terjadi karena keterbatasan setiap individu terhadap kecukupan modal serta kemampuan. Lebih dari itu, jika setiap individu menginvestasikan seluruh kesejahteraannya dalam perusahaan akan mendapatkan keuntungan dalam skala ekonomi, serta menerima biaya keagenan atas risiko yang dapat menurunkan utilitasnya. Akibatnya setiap individu akan menjual sebagian dari perusahaan, sehingga dapat menurunkan risiko secara portofolio. Dengan demikian, menurut Watts dan Zimmerman, perusahaan dipandang sebagai sebuah tim yang terdiri dari individu dengan berbagai kepentingan. Mereka mengakui bahwa kesejahteraannya tergantung pada kesuksesan perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan lain.
Proses selanjutnya adalah setiap individu berusaha membandingkan kontribusi yang diberikan pada perusahaan dalam proses produksinya. Setiap individu juga mengakui bahwa individu lain akan berperilaku untuk memaksimalkan utilitasnya sendiri bukan utilitas individu lain. Akibatnya, timbullah kebutuhan untuk melakukan perjanjian diantara pihak yang berkepenti-ngan tersebut. Perjanjian tersebut tidak menjamin pelaksanaan perjanjian yang optimal, meski ada usaha yang optimal, karena terdapat pihak luar (pemegang saham, kreditur, pemerintah) yang tidak dapat mengobservasi perilaku pihak dalam perusahaan.
Fakta menyatakan perusahaan publik dimiliki oleh pemegang saham, tetapi dikelola oleh individu yang memiliki sebagian kecil dari saham yang beredar. Diasumsikan masing-masing akan memaksimalkan utilitasnya yang mendorong terjadi konflik karena perilaku manajer memaksimalkan utilitasnya tanpa memaksimalkan utilitas yang diharapkan pemegang saham (Watts dan Zimmerman, 1986).
Perilaku manajemen tersebut diteliti oleh Warfield, Wild, dan Wild (1995), yang menguji pengaruh pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan terhadap keakuratan earnings melalui pemilihan metode akuntansi oleh manajer. Penelitian didasarkan pada teori bahwa jika penguasaan atas ekuitas perusahaan semakin kecil prosentasenya, maka manajer terdorong memaksimalkan perilaku yang tidak memiliki nilai tambah bagi perusahaan. Hasil menyatakan biaya keagenan semakin meningkat dengan adanya penurunan kesejahteraan (rendahnya kepemilikan) owner managers melalui peningkatan penyesuaian accrual yang dilakukan manajemen.
Pengauditan dan sistem kontrol yang mempunyai peran dalam perjanjian ini ternyata tidak dapat mengeliminasi perilaku manajemen. Penelitian Evans dan Sridar (1996) dapat membuktikan hal tersebut dengan menguji hubungan antara system pelaporan keuangan dan sistem perjanjian pada model prinsipal-agen. Penelitian tersebut menyatakan bahwa sistem pelaporan keuangan yang tidak fleksibel (tidak mengijinkan manajer melakukan kebijakan dalam pelaporan earnings) akan menghasilkan pelaporan yang overstates sebagai respon terhadap perjanjian. Akibatnya manajer dapat memanipulasi pelaporan Earnings dengan tujuan peningkatan kompensasinya, karena kompensasi tergantung pada pelaporan earnings. Perilaku earnings management yang bertujuan memaksimalkan utilitas manajemen berkaitan dengan contracting view dibagi menjadi tiga yaitu berhubungan dengan peningkatan kompensasi, perjanjian utang, dan biaya politis.
Perataan laba sebagai Earnings management
Perataan laba (income smoothing) didefinisikan sebagai suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk menurunkan variabilitas aliran sejumlah angka dalam laba yang dilaporkan, relatif terhadap target aliran yang dipersepsikan, melalui manipulasi atas variabel-variabel akuntansi atau transaksi (Koch, 1981). Hal-hal yang dikategorikan sebagai perilaku perataan laba adalah pertama, perencanaan waktu keterjadian dan atau pengakuan suatu peristiwa dengan memanfaatkan aturan akuntansi yang mengatur pengakuan kejadian secara akuntansi. Kedua,
kebijakan yang mengendalikan penentuan periode yang dapat dipengaruhi oleh peristiwa tertentu berkaitan dengan keterjadian dan pengakuan suatu peristiwa. Ketiga, klasifikasi di antara items dalam laporan laba untuk menurunkan variabilitas pada periode tertentu (Barnea et al., 1976).
Perataan laba, menurut Wolk dan Tearney (1997), selain untuk menurunkan varians earnings dari tahun ke tahun, juga bertujuan mempengaruhi persepsi pasar modal yang naïve karena tidak dapat mengintepretasi data akuntansi secara tepat. Hal ini konsisten dengan bentuk semi kuat dari hipotesis pasar efisien. Hipotesis pasar efisiensi berkaitan dengan kecepatan sekuritas dalam pasar modal merespon informasi baru yang dipublikasikan. Salah satu bentuk hipotesis tersebut adalah bentuk semi kuat yaitu harga sekuritas merefleksikan seluruh informasi yang tersedia di masa lalu dan masa sekarang yang telah dipublikasikan. Implikasinya terdapat hubungan positif antara perubahan earnings yang dilaporkan dengan pergerakan harga sekuritas.
Secara empiris Bloomfield (1996) telah membuktikan dengan pengujian secara eksperimen pengaruh tingkat keefisienan pasar modal terhadap penggunaan kebijakan dalam pelaporan manajer. Hasil menyatakan bahwa manajer berusaha membuat dan menyajikan informasi yang menguntungkan kepada investor pada pasar yang kurang efisien, tetapi tidak pada pasar yang lebih efisien. Meskipun perilaku perataan laba sebagai respon terhadap atau untuk mempengaruhi persepsi pasar modal, tetapi terdapat faktor-faktor yang mendorong terjadinya perilaku perataan laba. Dorongan tersebut menciptakan suatu kondisi yang merugikan manajemen berkaitan dengan persepsi pasar modal, sehingga sesuai teori keagenan, manajemen akan berusaha memaksimalkan utilitasnya. Faktor- factor tersebut adalah: (1) ukuran perusahaan karena perusahaan besar menjadi subyek perhatian masyarakat ketimbang perusahaan yang lebih kecil, (2) tingkat kemampuan dalam menghasilkan laba yang rendah karena fluktuasi dalam aliran laba sangat berpengaruh terhadap perusahaan yang hanya mampu menghasilkan laba rendah, (3) perbedaan industri karena mengindikasikan adanya perbedaan ketidak-pastian lingkungan serta adanya struktur yang membatasi kesempatan, (4) negara sebagai tempat beroperasinya perusahaan karena setiap negara memiliki karateristik dan struktur ekonomi serta politik yang berbeda yang mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip akuntansinya (Ashari et al., 1994).
Selain keempat faktor diatas, menurut Koch (1981), faktor skema kompensasi perusahaan dan tingkat kepemilikan perusahaan menjadi pendorong perilaku perataan laba. Skema kompensasi perusahaan berkaitan dengan kemampuan pertumbuhan atas laba perusahaan, yang mengindikasikan adanya keefisienan dan keefektifan berkaitan dengan hubungan keagenan. Tingkat kepemilikan perusahaan mempengaruhi tingkat pengendalian manajer, sehingga perilaku perataan laba lebih besar terjadi pada perusahaan yang komposisi kepemilikan lebih tersebar dibandingkan perusahaan yang dikuasai oleh sedikit pemegang saham.
Pemahaman metode atau tehnik yang digunakan untuk perataan laba sangat penting, disamping faktor-faktor tersebut, yaitu (1) menggu-nakan fleksibilitas yang diberikan oleh Prinsip-prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) untuk mengubah earnings yang dilaporkan tanpa mengubah cash flows, misal penyesuaian cadangan persediaan dan kerugian piutang, (2) perubahan operasi yang mendasari cash flow, misal skedul pengiriman, mempercepat atau memperlambat perbaikan aktiva perusahaan.
Pengukuran Earnings Management
Penelitian yang berkaitan dengan deteksi perilaku Earnings management selain bertujuan untuk memahami dorongan yang mendasari perilaku tersebut, juga memahami tehnik yang dapat digunakan untuk mendeteksi perilaku tersebut. Pada kenyataan perusahaan yang terdaftar (diperdagangkan) di pasar modal tidak seluruhnya bebas dari earnings management, meskipun perusahaan tersebut telah diaudit oleh auditor independen. Apalagi dengan adanya kebebasan yang diberikan Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), maka perusahaan dapat berdalih menggunakan suatu fasilitas atas manipulasi yang dilakukan.
Penelitian yang berkaitan dengan metoda deteksi earnings management antara lain dilakukan oleh Dechow et al, (1995), yang mengevaluasi berbagai alternatif model untuk deteksi earnings management berdasarkan accruals. Perbandingan dilakukan terhadap lima model yaitu: model Healy, model DeAngelo, model Jones, model Modified Jones, model industri. Pengujian dilakukan untuk mengetahui kemampuan model dengan menerapkan pengujian statistik. Jika Dechow et al, (1995) membandingkan model, selanjutnya Kang dan Sivaramakrishnan (1995) mengkhususkan pada estimasi komponen discretionary accruals yang dimanipulasi, karena pihak luar organisasi hanya mampu melakukan penjumlahan atas angka akuntansi yang tidak dimanipulasi (nondiscretionary) dan dimanipulasi. Peneliti menawarkan sebuah model berdasarkan model instrumental variable yang dapat memprediksi accruals yang tidak dimanipulasi. Model tersebut dibentuk secara simulasi dengan berbagai cara, tetapi tetap menggunakan model Jones sebagai perbandingan.
Berkaitan dengan pengujian Dechow et al. (1995) yang menyimpulkan seluruh model yang menggunakan prosedur discretionary accruals menghasilkan kekuatan pengujian yang rendah, maka Young (1999) mengevaluasi discretionary accruals yang diestimasikan melalui lima metoda alternatif. Pengujian diharapkan dapat menyediakan informasi berkaitan dengan tingkat dan sumber kesalahan pengukuran secara sistimatik, pengendalian atas varians yang potensial terjadi pada perilaku earnings management.
Berbagai penelitian diatas menitikberatkan pada pengujian metoda atau model melalui perbandingan model tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Beneish (1999) difokuskan pada pembentukan model untuk mendeteksi adanya manipulasi earnings.
Belum ada tanggapan untuk " PENELITIAN DETEKSI EARNINGS MANAGEMENT"
Post a Comment