Dalam melakukan penilaian, kebanyakan guru-guru di madrasah hanya memberikan nilai pada akhir pembelajaran. Guru masih belum terbiasa memberikan penghargaan terhadap tingkah laku peserta didik yang baik. Sebaliknya, guru sering memberikan komentar negatif atau perlakuan yang kasar terhadap tingkah laku peserta didik yang salah. Hal ini akan berdampak negatif bagi perkembangan kepribadian peserta didik itu sendiri. Ibnu Khaldun pernah berkata “barang siapa mendidik dengan kekerasan dan paksaan, maka peserta didik akan melakukan suatu perbuatan dengan terpaksa pula, menimbulkan ketidakgairahan jiwa, lenyapnya aktifitas, menyebabkan peserta didik malas, suka berdusta, dan berkata buruk (tidak sopan)”. Peserta didik akan menampilkan perbuatan yang berlainan dengan kata hatinya, karena takut akan kekerasan (hukuman).
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan, bahwa kegiatan evaluasi bukan hanya dilakukan pada dimensi hasil tetapi juga dimensi proses. Artinya, Anda harus memberikan penilaian juga terhadap proses pembelajaran. Salah satu bentuk penilaian proses adalah pemberian penghargaan (reward) kepada peserta didik, sehingga dapat tercipta suasana pembelajaran yang kondusif yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu prestasi belajar secara menyeluruh, baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Ibnu Jama’ah mengemukakan “imbalan atau penghargaan lebih berpengaruh terhadap pendidikan anak daripada pemberian sangsi atau hukuman”. Sanjungan atau pujian guru dapat mendorong peserta didik untuk meraih keberhasilan dan prestasi yang lebih baik, serta memotivasinya untuk berkompetisi secara sehat diantara sesama peserta didik.
Depdiknas (2003) mengemukakan “penghargaan, ganjaran, hadiah, imbalan (reward) merupakan rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka memperkuat suatu respon (tingkah laku) tertentu yang dipandang baik, tepat atau sesuai dengan norma (kriteria) yang diharapkan”. Menurut teori behavioristik, pemberian penghargaan dapat memberikan dampak yang positif bagi peserta didik dalam belajarnya, yaitu (1) menimbulkan respon yang positif, (2) menciptakan kebiasaan yang relatif kokoh di dalam dirinya, (3) menimbulkan perasaan senang dalam melakukan suatu pekerjaan, (4) menimbulkan antusiasme, semangat untuk terus melakukan belajar, dan (5) semakin percaya diri.
Pemberian penghargaan kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan perhatian, motivasi, semangat, dan kemudahan belajar, serta memodifikasi tingkah laku peserta didik yang kurang positif menjadi tingkah laku yang produktif, sehingga peserta didik menjadi aktif dan produktif dalam belajarnya. Implikasinya adalah guru harus dapat meningkatkan perannya dalam mengelola kegiatan pembelajaran, antara lain : (1) menciptakan lingkungan belajar yang merangsang peserta didik untuk belajar, (2) memberikan penguatan (reinforcement) dalam bentuk penghargaan terhadap tingkah laku peserta didik yang positif, dan (3) mengembangkan rasa ingin tahu (curiosity) dan kegemaran peserta didik belajar.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor motivasi. Motivasi ada dua jenis, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu, sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang dipengaruhi oleh lingkungan. Pemberian penghargaan dari guru merupakan motivasi eksternal bagi peserta didik. Hasil penelitian Hurlock dalam Yelon dan Weinstein (1977) mengemukakan “peserta didik di Sekolah Dasar menunjukkan penampilan yang sangat baik, ketika mereka diberi puji-pujian. Sebaliknya, apabila mereka dicaci-maki karena pekerjaannya kurang memadai, anak-anak itu cenderung menjadi bodoh atau tidak bersemangat lagi belajarnya”. Sementara itu, Utami Munandar (1999 : 163) menjelaskan “pemberian hadiah untuk pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik tidak harus berupa materi (intangible), yang terbaik justru berupa senyuman atau anggukan, kata penghargaan, kesempatan untuk menampilkan dan mempresentasikan pekerjaan sendiri, dan pekerjaan tambahan”.
Selanjutnya, Imam al-Ghazali berpendapat apabila anak memperlihatkan suatu kemajuan, akhlak terpuji atau perbuatan yang baik, seyogyanya guru memuji hasil upaya peserta didiknya, berterima kasih kepadanya dan mendukungnya dihadapan teman-temannya guna menaikkan harga dirinya (self-esteem) serta menjadikannya sebagai model atau teladan yang harus diikuti. Penghargaan yang diberikan kepada peserta didik hendaknya berkaitan erat dengan kegiatannya. Misalnya, mendeklamasikan sajak yang dibuat, atau membacakan di depan kelas karangan yang dibuat dengan baik, sehingga dapat meningkatkan motivasi intrinsik dan kreatifitas. Implikasinya dari beberapa hasil penelitian dan pendapat di atas adalah guru harus menciptakan lingkungan kelas yang kondusif untuk memotivasi peserta didik melakukan kegiatan belajar yang lebih baik lagi. Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada peserta didik sebaiknya disusun sedemikian rupa, sehingga para peserta didik merasa senang untuk melakukannya.
Agar pemberian penghargaan tersebut efektif, maka guru hendaknya menunjukkan sikap yang ramah, suara yang lembut, bahasa yang santun, kegembiraan atau kepuasan terhadap prestasi belajar peserta didik. Penghargaan yang diberikan akan bermakna bila sesuai dengan hasil karya peserta didik. Dengan kata lain, jika guru memberikan pujian terhadap peserta didik karena hasil kerjanya baik, maka pujian itu dapat membangkitkan semangat atau motivasi belajar peserta didik, tetapi jika pujian itu diberikan kepada peserta didik yang hasil kerjanya kurang baik, maka pujian tersebut dianggap tidak sungguh-sungguh, bahkan secara tidak langsung pujian itu berarti pelecehan.
Dalam pemberian penghargaan, ada dua teknik yang dapat digunakan guru, yaitu “verbal dan nonverbal” (Depdiknas, 2003 : 29).
1. Teknik verbal, yaitu pemberian penghargaan yang berupa pujian, dukungan, dorongan, atau pengakuan, seperti : kata bagus, benar, betul, tepat, baik, dan sebagainya. Dapat juga dalam bentuk kalimat, seperti : prestasimu baik sekali, saya senang dengan hasil pekerjaanmu, penjelasanmu sangat baik, dan sebagainya.
2. Teknik nonverbal, yaitu pemberian penghargaan melalui :
- Gestur tubuh : mimik dan gerakan tubuh, seperti : senyuman, anggukan, acungan ibu jari, dan tepukan tangan.
- Cara mendekati (proximity), yaitu guru mendekati peserta didik untuk menunjukkan perhatian atau kesenangannya terhadap pekerjaan atau penampilan peserta didik
- Sentuhan (contact), seperti : menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan, dan mengelus kepala. Dalam menerapkan penghargaan dengan sentuhan ini perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu : usia anak, budaya, dan norma agama. d. Kegiatan yang menyenangkan, yaitu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan suatu kegiatan yang disenanginya sebagai penghargaan atas prestasi belajarnya yang baik. Misalnya, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi pemimpin paduan suara sebagai penghargaan atas prestasinya dalam bidang musik.
- Simbol atau benda, seperti komentar tertulis secara positif pada buku peserta didik, piagam penghargaan, dan hadiah (alat-alat tulis, makanan, buku, uang, dan sebagainya).
- Penghargaan tak penuh (partial), yaitu penghargaan yang diberikan kepada peserta didik yang memberikan jawaban kurang sempurna atau sebagian yang benar. Dalam hal ini, guru sebaiknya mengatakan : “ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan lagi”.
Untuk mengetahui apakah guru memberikan penghargaan kepada peserta didik atau tidak dalam proses pembelajaran, maka perlu dilakukan penilaian oleh peserta didik dengan menggunakan format penilaian tertentu.
Belum ada tanggapan untuk "Teknik Pemberian Penghargaan Kepada Peserta Didik "
Post a Comment