Pendekatan "Reframing" merupakan pergeseran konsepsi organisasi tentang bagaimana suatu organisasi bisa mencapai tujuannya. Suatu organisasi kadangkadang terhalang dengan suatu pola pikir tertentu sehingga organisasi kehilangan kemampuan untuk mengembangkan model mental (mental model) yang sesuai dengan tuntutan organisasi. Melalui pendekatan "Reframing" akan membuka pola pikir baru dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Dimensi "Reframing" terdiri atas 3 unsur seperti (1) mencapai mobilisasi (achieve mobilization), (2) meneiptakan visi (create vision) dan (3) membangun sistem pengukuran (build a measurement system). Mencapai Mobilisasi merupakan proses yang mendorong tumbuhnya energi mental yang dibutuhkan untuk memfasilitasi proses transformasi. Mobilisasi mencakup usaha-usaha menumbuhkan motivasi dan komitmen mulai dari tingkat individu, tim dan organisasi secara keseluruhan. Didalam istilah biologis manusia, mobilisasi berarti mengumpulkan dan menyalurkan energi mental yang dibutuhkan untuk mempercepat proses transformasi.
Apabila kita lihat pengalaman Don Peterson ketika ia mengembangkan program partisipasi karyawan (employee involvement) di perusahaan Ford di Amerika, dan Jack nelch menciptakan proses ,"work-out" di perusahaan General Electric, kedua pendekatan tersebut telah berhasil memobilisasi perubahan yang mendasar di perusahaan tersebut.
Menciptakan visi organisasi akan mempersiapkan arah organisasi kemasa depan, sedangkan melalui mobilisasi berusaha menciptakan segala potensi untuk pencapaian visi organisasi. Visi organisasi harus memberikan tantangan dan inspirasi bagi segenap individu dalam organisasi sehingga mereka mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Visi yang baik harus dapat memberikan energi baru bagi individu, menciptakan makna dalam kehidupan individu, menetapkan "Standard of excellence" dan menciptakan jembatan antara keadaan saat ini dan masa depan (Espejo, et.21, 1996; Gouillart,1995; Ulrich,1996). Selanjutnya Espejo et.21 (1996) memberikan beberapa karakteristik pertanyaan yang harus dijawab untuk menguji apakah suatu visi dikatakan baik.
Beberapa pertanyaan yang harus dijawab tersebut mencakup:
- To what extent is it innovative and future-oriented?
- To what extent is it utopian; that is, is it likely to lead to a clearly better future for the organization?
- To what extent is it appropriate for the organization; that is, does it fit in with the organization's culture, values and history?
- To what extent does it reach out for new dimensions (stretch)? Does it set standards of excellence and reflect high ideals and aspirations?
- To what extent does it clarify purpose and direction? Does it include measurable objectives? Is it apt to orientate the operations of the company?
- To what extent will it inspire enthusiasm and encourage commitment?
- To what extent does it reflect the uniqueness of the organization, its identity and core competencies? dQes rf &ange the rules of the business or industry?
- Is it ambitious and creative enough?
Dengan demikian, visi menciptakan rasa kejelasan arah clan tujuan. Pernyataan visi yang baik harus realistis, terukur dan memaksa setiap individu untuk secara kreatif berusaha mewujudkan visi organisasi. Hammer dan champy (1993) mengatakan "good vision statements are contain no platitudes". Mereka menekankan bahwa visi bukan basa basi, mimpi belaka clan retorika belaka, tetapi visi harus konkrit sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut kedalam strategi organisasi dan dituangkan dalam proses pelaksanaannya. Melalui cara ini setiap unit organisasi dapat mengembangkan kiatkiat sehingga dapat memberikan kontribusinya untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan.
Membangun Sistem Pengukuran (Build a measurement system) merupakan langkah yang perlu dilakukan lebih lanjut dalam organisasi. Pemimpin harus menterjemahkan visi kedalam seperangkat ukuran-ukuran dan target, dan mendefnisikan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Sistem pengukuran ini merupakan usaha menciptakan "a sense of commitment". Sistem pengukuran yang ditetapkan mencakup aspek manajement kinerja di dalam suatu organisasi.
Manajement kinerja sebagai unsur penting dalam organisasi, merupakan proses komunikasi yang harus berlangsung secara berkesinambungan dan dilakukan dengan komitment antara pimpinan dan karyawan dan organisasi (Bacal, 1999). Melalui manajemen kinerja diharapkan dapat memperoleh nilai tambah bagi organisasi, manajer dan pegawai.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Reframing Dalam Menentukan Arah Organisasi"
Post a Comment