Sejumlah kecenderungan teori kontemporer yang membawa angin perubahan pada komunikasi secara umum, dan khususnya Public relations (PR), mencakup:
- Developing scientific ways to study human behaviror (pengembangan ilmu yang mengarah kepada perilaku manusiawi).
- Social psychological Theories (teori-teori psikologis sosial), secara khusus dirancang untuk studi proses perubahan sikap.
- Carl Hovland dari Universitas Yale Amerika Serikat yang mencoba memahami variabelvariabel yang mempengaruhi proses persuasi. Ia mengemukakan tiga komponen sikap: (a) komponen afektif, yakni evaluasi tentang sesuatu atau perasaan terhadap sesuatu; (b) komponen kognitif, yakni respon tentang pemahaman atau pengetahuan atau pernyataan verbal pada suatu keyakinan; dan (c) komponen perilaku yakni tindakan nyata.
- Development of Information Theory (pengembangan teori Informasi) dari Claude Shanon. Teorinya mengemukakan proses komunikasi yang terdiri dari komunikator, pesan, saluran, komunikan, dan tujuan.
- Teori komunikasi kelompok, Kurt Lewin, yang mengembangkannya pada dinamika kelompok. Lewat teori ini, kita dapat memahami dan mengidentifikasi sikap-sikap kelompok yang sulit berubah. dan mengidentifikasi membantu kita memprediksi perilaku seseorang.
- Harold D. Laswell lewat teorinya mengidentifikasi berbagai unsur komunikasi dan pemikirannya tentang peranan komunikasi dalam masyarakat. Teori ini banyak mengkaji sifat dasar khalayak, sifat dasar pengalamanpengalaman komunikasi, dan sifat dasar komunikator.
- Teori Charles Osgood adalah pengukuran makna yang menekankan pada psikolinguistik, dan sifat dasar sosial proses komunikasi sebagai catatan komunikator dan komunikan, di mana keduanya memegang peranan penting dalam komunikasi.
- Abraham Maslow dalam teori hierarchy of needs, menegaskan, bahwa terdapat lima tingkatan kebutuhan manusia, yakni kebutuhan biologis, keselamatan, sosial, ego, dan aktualisasi diri.
- Leon Festinger dengan dissonance theory. Di mana teori ini mengasumsikan akan kebutuhan pengetahuan konsisten. Agaknya teori ini diterapkan untuk semua model-model konsistensi, yang didasarkan pada pemikiran bahwa fenomena adalah ordered (konsisten) dan dapat diprediksi. Teori-teori ini penting untuk Public Relations karena memberikan cara untuk memprediksi efek atau akibat dikemudian hari.
- Kegiatan Elihu Katz dan Paul Lazarsfeld tentang teori pengaruh personal yang mengemukakan konsep opinion leaders (pemuka pendapat). Dan menggambarkan penyampaian pesan lebih dari satu tahap dalam penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan. Di tahun 1940-an, melalui penelitian yang dilakukan oleh Katz dan Lazarsfeld, teori ini menemukan pengaruh personal yang potensial dalam meningkatkan frekuensi dan lebih efektifnya komunikasi, mempunyai dampak sangat besar pada penentuan pengembilan keputusan seorang individu dibanding pengaruh pesan roda media massa. Teori ini mengemukakan bahwa dalam proses pengambilan keputusan, media yang berbeda memainkan peran yang berbeda pula. Sejauh media menginformasikan berita tentang keberadaan sesuatu. Sementara hal logis lainnya atau membuat diterimanya wacana itu dalam bentuk tindakan. Hal ini menjadikan para pemuka pendapat memainkan peranan penting dalam penyebaran informasi. Salah satu personal influency theory adalah two step flow theory yang menggambarkan pergerakan ide dari ikomunikator lewat media massa kemudian diteruskan ke pemuka pendapat, untuk kemudian diteruskan ke khalayak ramai.
- (Spiral of silence model dari Elizabeth Noell Neuman. Teori yang menjelaskan mata rantai komunikasi massa dan proses komunikasi antarpersona. Komunikasi massa dilihat Elizabeth sebagai tempaan iklim opini. Di mana, pada gilirannya membujuk human willingness untuk membahas sejumlah topik dalam komunikasi antarpersona.
- (Donald Shaw dan Max McComb yang terkenal dengan teori Agenda setting. Sebuah teori yang menggabarkan isi media berita memiliki pengaruh pada persepsi publik tentang isuisu penting. Teori ini menegaskan bahwa apa yang menjadi pemberitaan sebagai sampul berita di media berita itu akan menjadi agenda publik (khalayak permbaca), dan cara perancangan atau rekabentuk pada sampul berita di media tersebut telah menanamkan peranan penting pembentukan opini publik berkenaan dengan apa yang penting atau tidak penting untuk diberitaakan.
- Teori difusi inovasi. Dalam teori ini, Model two step flow berkembang menjadi model multi step flow. Kajian proses sosial ini adalah bagaimana inovasi, ide-ide baru, practice (pengalaman) dan lainnya-diketahui dan disebarkan secara menyeluruh dalam suatu sistem sosial. Sedangkan model two step flow hanya menjelaskan mengenai bagaimana orang-orang menerima dan berbagi informasi dengan yang lainnya. Konsentrasi proses difusi pada tahap akhir mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Pakar teori difusi ini adalah Everett M. Rogers. Dalam teorinya ia pun mengkategorisasikan unsur-unsur individu yang mempengaruhi tingkat adopsi khalayak, yaitu: (a) Relative Advantage, yakni tingkatan terhadap inovasi diterima sebagai sesuatu yang lebih baik dibanding ide yang digantikannya; (b) Compability, yakni tingkatan terhadap inovasi diterima secara konsisten lewat nilainilai yang ada dan pengalaman-pengalaman terdahulu, tentu saja hal ini memerlukan para adopter yang potensial; (c) Complexity, yakni tingkatan terhadap inovasi diterima sebagai sesuatu yang rumit, untuk dimegerti dan digunakan; (d) Trialability, yakni tingkatan terhadap inovasi kemungkinan hanya mencobanya dan terbatas pada hal yang mendasar saja; (e) Observability, yakni tingkatan terhadap inovasi, dengan melihat terlebih dahulu apa yang sudah dilakukan orang lain. Menurut Rogers, proses keputusan inovasi adalah proses mental yang terdiri dari lima tahap: (a) pengetahuan, (b) persuasi, (c) keputusan, (d) implementasi, dan (e) konfirmasi.
Teori-teori komunikasi lainnya. Sifat dasar interdisiplin Public Relations (PR), menstimuli pentingnya PR mengacu pada teori-teori dan model-model yang berasal dari hasil peneltian para pakar berpengaruh. Sebelumnya, secara khusus meneliti teori-teori dan model-model yang secara eksklusif terkait dengan PR, yang kemudian dicocokkan untuk dikaji oleh sejumlah teori umum yang signifikan pada pekerjaan dan kegiatan PR. Hal ini bukan berarti mendaftar semua teori menjadi inklusif (terbuka). Tetapi, hanya aksioma (yang sudah jelas kebenarannya) dan teori-teori yang mengikuti setiap potensi yang dimiliki untuk permainan peran signifikan dalam menjelaskan fenomena penting. Dan layak untuk memahami efektivitas praktis dan strategi Public Relations (PR).
Berikut ini teori-teori dan model-model dalam penelitian PR:
- Stimulus Response Theory (SOR), yakni teori dasar yang menggambarkan bahwa pembelajaran memperoleh tempat melalui asosiasi dan repetisi. Model ini menggambarkan orang-orang dapat memantau respon mereka serta mengantisipasi hasil respon yang dapat mereka percaya;
- Selective Attention Theory, yakni tuntutan orang-orang yang telah tertarik menjadi bagian suatu pesan yang setuju dengan keberadaan sikap, kepercayaan, opini, perilaku, dan tak tertarik pada bagian pesan yang kontra;
- Social Learning Theory, yakni penegasan orang-orang tidak didorong dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan di dalam, dan stimulus lingkungan. Bahkan, fungsi secara psikologi dijelaskan dalam interaksi hubungan timbal balik secara kontinyu pada personal dan faktor lingkungan;
- Yale Attitude Change Model, yakni pesan persuasif digambarkan dapat membangkitkan respon-respon yang berbeda, setelah pesan disampaikan. Perubahan pengalaman komunikan kemungkinan terjadi dalam bentuk persepsi, emosi, perilaku, termasuk perubahan opini dan sikap mereka;
- Cogninitive Consistency Theory, yakni perkataan orang-orang yang mencoba untuk menampilkan sesuatu yang bermakna dan berpikir sehat atau bijak. Teori ini pun penegasan bagaimana individu bertransaksi dengan tidak kusut atau informasi tidak konsisten. Meski terkadang disampaikan dengan tujuan terjadinya perubahan sikap;
- Inference Theory, yakni penggunaan situasi di mana kita mengamati suatu pilihan. Saat kita melihat seseorang melakukan suatu pilihan, kita cenderung menggunakan informasi tersebut untuk membuat atribut. Contoh, jika Anda tahu seseorang memberikan uang untuk berderma, dibanding menghabiskan pada acara malam di pinggiran kota, kita kemungkinan besar menilai orang itu didorong faktor internal atas keprihatinan pada orang lain;
- Uses and Gratification Theory, yakni meneliti bagaimana orang-orang menggunakan media massa dan menerima keuntungan lewat serbuan media. Teori ini telah memberikan beberapa cara penggolongan kebutuhan dan kepuasan khalayak. Contoh, sejumlah kepuasan “dengan segera” diterima, sementara yang lainnya “ditunda.” Jika melihat media massa memberikan kebutuhan dan kepuasaan pada khalayak—kebutuhan kognisi, kebutuhan afeksi, kebutuhan personal, kebutuhan sosial terpadu, kebutuhan pelepasan ketegangan dan lainnya;
- Congruity Theory, yakni transaksi secara khusus dengan sikap-sikap yang dimiliki orang-orang dalam menghadapi sumber-sumber informasi dan obyek-obyek dan pernyataan yang tegas dari mereka. Teori ini membuat prediksi tentang arah dan tingkat perubahan sikap;
- Inoculation Theory, yakni memberikan suatu keseimbangan bagi kebanyakan teoriteori transaksi lainnya dengan perubahan sikap. Transaksi dengan sumber-sumber penentu terhadap pesan komunikasi persuasif
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Teori-Teori Dasar Public Relations"
Post a Comment