Konstruksi kenyataan sosial adalah suatu istilah yang digunakan oleh Berger dan Luckman untuk mengembangkan proses dimana melalui tindakan dan interaksinya menciptakan terus menerus suatu kenyataan yang dimiliki bersama yang dialami secara factual obyektif dan penuh arti secara subyektif.
Terdapat tiga pokok dalam teori konstruksi realitas Peter L Berger dan Luckman tentang realitas dan pengetahuan yaitu eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Eksternalisasi yaitu suatu usaha untuk pencurahan atau ekspresi manusia kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Obyektivasi yaitu hasil yang dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi. Internalisasi yaitu proses ini lebih menerapkan, penerapan kembali dunia obyektif kedalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subyektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.
Dengan adanya konstruksi sosial sehingga sebagian besar individu memilki sifat subyektif dikarenakan struktur dalam dunia sosial sangat berpengaruh terhadap kesadaran individu, secara langsung maupun tidak langsung individu sangat sulit untuk bersifat obyektif dalam dunia sosial. Begitu pula konstruksi sosial juga dapat berdampak negatif maupun positif, sesuai tujuan masyarakat sosial dimana masyarakat dapat menerima fenomena yang terjadi dengan baik akan menimbulkan konstruksi sosial yang berdampak positif, begitu pula bila masyarakat tidak dapat menerima fenomena dalam masyarakat akan berdampak negatif. Hal ini berpengaruh dengan tujuan yang hendak dicapai oleh masyarakat.
Kenyataan hidup sehari-hari, yang diterima sebagai kenyataan oleh masyarakat merupakan faktisitas yang memaksa dan sudah jelas dengan sendirinya, dan juga akan berlangsung terus-menerus. Masyarakat dapat saja menyangsikan atau megubahnya, sehingga untuk megubah kenyataan perlu peralihan yang sangat besar, kerja keras, dan pikiran kritis. Kenyataan hidup merupakan berupa kegiatan rutin sehari-hari berlangsung terus tanpa interupsi maka kenyataan itu tidak menimbulkan masalah.
Kesinambungan kenyataan muncul dimana muncul suatu masalah, misalnya konstruksi sosial yang terjadi pada peserta didik dalam mengikuti lembaga bimbingan belajar, kesinambungan terjadi ketika peserta didik memiliki pandangan berbeda pada lembaga bimbingan belajar non formal. Peserta didik di sisi lain memiliki pandangan positif pada lembaga bimbingan sehingga objektivasi terhadap lembaga bimbingan belajar bernilai positif begitupun sebaliknya.
Konsep Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Hubungan sosial dalam sosiologi disebut interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubugan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorang dengan kelompok manusia.
Terjadinya hubungan sosial akan ditandai dengan kegiatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya dengan saling berbicara, saling menegur maupun dengan berjabat tangan. Hubungan sosial tidak harus secara langsung, secara tidak langsung pun bisa dengan ditandai dengan simbol-simbol yang dapat dimengerti.
Bentuk-bentuk hubungan sosial yang terjadi dapat mengarah pada dua proses. Pertama, proses asosiatif yaitu jika hubungan sosial yang dibangun adalah hubungan baik dapat juga seperti kerjasama (cooperation). Dimana proses kerjasama dibangun untuk usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Bentuk ini akan berkembang apabila kesadaran setiap orang dalam mencapai tujuan bersama itu memiliki manfaat bersama. Cooley menjelaskan bahwa kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompok lain (in-groupnya) dan kelompok lainnya (out-groupnya), kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya dari luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan dari luar yang mengancam kesetiaan yang tertanam pada diri individu atau segolongan orang.
Jika terjadi hubungan sosial antara keduanya terdapat suatu pertentangan maka akan terjadi ketidak harmonisan dalam mencapai tujuan dan akan mengakibatkan perubahan yang tidak sesai tujuan dapat disebut juga disosiatif. Hal ini terjadi ketika terjadi persaingan (Competition), dimana individu akan bersaing berusaha untuk menjadi terbaik dan mencari keuntungan dengan cara menjadi pusat perhatian umum, mencari perhatian public dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman dan kekerasan. Persaingan dapat disebabkan karena persaingan kedudukan dan peranan. Persaingan (competition) dalam masa-masa tertentu memiliki fungsi positif yaitu dapat menyalurkan keinginan individu atau kelompok bersifat kompetitif tersalur dengan baik, sebagai alat atau seleksi sesuai dengan kemampuan.
Selain memiliki fungsi positif, dalam persaingan juga memiliki fungsi negatif yaitu bentuk-bentuk pertikaian atau pertentangan, perrtikaian yang dapat ditandai dengan sikap mental yang dilakukan secara tersembunyi terhadap obyek yang tidak disukai (contravention). Pertentangan yang berujung konflik (conflict), hubungan sosial yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dapat menyimpan perasaan tidak senang ketika awal pertemuan mereka sehingga perasaan ini akan berkembang menjadi benci. Akibatnya jika terjadi konflik antar kelompok social maka akan terjadi kuatnya solidaritas dalam in-group. Mereka akan bersedia untuk berkorban demi kelompoknya untuk menhadapi kelompok luar (outgroup).
Bentuk hubungan social dalam kelompok masyarakat juga dapat dilihat pada keterikatan dalam kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group). Cooley menjelaskan bahwa kelompok primer tidak hanya ditandai oleh hubungan saling mengenal. Syarat yang sangat penting adalah anggota-anggota kelompok saling berdekatan secara fisik , kelompok tersebut kecil dan adanya kelanggengan hubungan antar anggota kelompok yang bersangkutan. Kelompok sekunder terikat dalam kesamaaan atas tujuan bersama dan masih memiliki kelanggengan dalam batasbatas tertentu. Perbedaan dengan kelompok primer adalah pada kelompok sekunder tidak terdapat hubungan yang akrab disebabkan banyaknya anggota yang terikat dalam kelompok.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Teori Konstruksi Sosial (Social Construction)"
Post a Comment